Minggu, 01 April 2012

KEPERAWATAN ANAK 


 Definisi Hospitalisasi Hoptalisasi menurut Parini 1999 yaitu kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya perubahan atau ganggaun fifik,psikis ,sosial dan adaptasi terhadap ligkungan.
Selain itu Hospitalisasi juga merupakan Suatu Proses yang karena suatu bencana misalnya Ganguan fisik (luka,cedera dll) dan juga ganguan psikologi, mengharuskan anak harus dirawat Di Rumah sakit, samapi proses pemulihan kembali ke rumah.u ganggaun fifik,psikis ,sosial dan adaptasi terhadap ligkungan.
Hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.  

       Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi, dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Jika seorang anak dirawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena anak mengalami stress akibat perubahan baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari, anak mempunyaisejumlah keterbatasan dalam mekanismme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan. Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah (Wong, 2000).
Hospitalisasi pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan dan stress pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga medis lainnya), lingkungan baru, maupun keluarga yang mendampinginya.

Hospitalisasi à traumatis
Atraumatik : Asuhan yang tidak menimbulkan trauma fisik dan psikis pada anak dan keluarga akibat setting, personel dan penggunaan iintervensi tertentu.
a.       Distress psikis : cemas, takut, marah, kecewa, sedih, malu, rasa bersalah
b.      Distres fisik : imobilisasi, kurang tidur karena nyeri, bising, silau dll .

Tujuan Atraumatik :
a.      Cegah perpisahan dengan keluarga
b.      Tingkatkan sensasi pengendalian diri
c.       Perkecil cedera tubuh dan nyeri
Contoh :
v   Meningkatkan atau memperkokoh hub. ortu – anak selama hospitalisasi
v   Menyiapkan anak sebelum prosedur  atau tindakan
v   Mengontrol nyeri
v   Memberikan kesempatan bermain untuk mengalihkan perasaan takut dan agresi
v   Menghargai perbedaan kultur   
            Atraumatic care adalah suatu tindakan perawatan terapetik yang dilakukan oleh seseorang dengan menggunakan intervensi melalui cara mengeliminasi atau meminimalisasi stress psikologi dan fisik yang dialami oleh anak dan keluarganya dalam sistem pelayanan kesehatan. Dalam Wong (1989) menyebutkan bahwa atraumatic care berhubungan dengan siapa, apa, kapan, dimana, mengapa, bagaimana dari setiap prosedur tindakan yang ditujukan pada anak bertujuan untuk mencegah atau mengurangi stress psikologi dan fisik. Prosedur perawatan/setting menyangkut tempat pemberian perawatan, misal di rumah, rumah sakit, ataupun tempat kesehatan yang lain. Personel menyangkut hal orang yang terlibat langsung dalam pemberian terapi. Intervensi melingkupi cakupan psikologi seperti intervensi kejiwaan, yang mengijinkan orangtua dan anak dalam satu ruangan. Tekanan psikologi menyangkut kecemasan, takut, marah, rasa kecewa, sedih, malu, dan rasa bersalah. Adapun rentang tekanan psikologi yang lain adalah tidak bisa tidur dan immobilisasi hingga terganggu ransangan sensori seperti rasa sakit, kenaikan suhu, suara bising, cahaya lampu, ataupun kegelapan.
2.      Prinsip Hospitalisasi
·         Perpisahan
·         Kehilangan kendali
·         Perubahan gambaran diri
·          Nyeri
·         Rasa takut
·         Meningkatkan kemampuan orang tua
·         Memodifikasi Lingkungan
·         Rasa cemas takut
·         Tumbuh kembang
·         Mencegah cedera dan nyeri
·         Peningkatan teknik relaksasi
·         Informed concent
·         Persiapan prosedur
·         Persiapan psikologis
·         Persiapan fisik
·         Penampilan prosedur
·         Dukungan pasca prosedur
·         Menggunakan bermain selama prosedur

3.      Faktor-Faktor Hospitalisasi
·         Umur pasien
·         Perkembangan kognitifnya
·         Tipe frekuensi tindakan infasif yang dilakukan
·         Pembatasan aktifitas dan merasa hukuman
·         Respon respon kecemasan pada anak
·         Perpisahan
·         Kehilangan kendali
·         Perubahan gambaran diri
·         Nyeri
·         Rasa takut
·         Kedekatan anak dengan orang tua
·         Penyakit yang diderita
·         Fantasi bayagan anak
·         Ligkungan rumah sakit
·         Kesiapan perawat
·         Pemberian info
·         Alat terapi dan bermain
·         Prosedur tindakan
·         Pengalaman anak
·         Sosial budaya
·         Kepercayaan/spiritual
·         Peran seks
·         Status sosial ekonomi
·         Kondisi fisik dan psikoogi individu
       

4.      Dampak  Hospitalisasi 
           Berbagai perasaan yang muncul pada anak yaitu :
                  - cemas
                  - marah
                  - sedih
                  - takut
                  - rasa bersalah
 Perasaan itu timbul karena menghadapi sesuatu yg baru dan belum pernah dialami sebelumya. Apabila anak stress selama dalam perawatan,orang tua menjadi sress pula, dan streess orang tua akan membuat tingkat stress anak semakin miningkat. Sehingga asuhan kep tidak bisa hanya berfokus pada anak , tetapi juga pada orangtuanya.
·         Perubhan konsep diri
·         Perubahan harga diri
·         Perubahan citra diri
·         Kemunduran tingkat perkembangan mental
·         Kehilangan kebebasan
·         Asing
·         Persepsi yang salah karena penyakit
·         Kehilangan kontrol
·         Ganguan body image
·         Sakit/pain
·         Ketakutan
·         Immobiltas fisik


REAKSI ANAK TERHADAP STRESS MENURUT TAHAP PERKEMBAGANNYA.
A. INFANT
         Cemas akibat perpisahan dgn ortu akan menyebabkan gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang. 
       Pada usia lebih 6 bulan akan menyebabkan Stranger Anxiety dimana anak akan
              - menangis       
              - marah
              - Gerakan yang berlebihan.

Pada usia 6 bulan akan memperlihatkan  Separation Anxiety dimana bayi menenagis keras jika ditinggal ibunya. Perlukaan dan rasa sakit : ekspresi wajah tidak menyenangkan, pergerakan tubuh yg berlebihan dan menangis kuat.
# Todller
            Perpisahan merupakan sumber strees pada usia todller.
  Respon prilaku yang anak sesuai dgn  tahapannya yaitu :
1.      Tahap protes : nangis kuat, menjerit memanggil ortu, menolak perhatian orla.
2.      Tahap  putus asa : namgis berkurang, tidak aktif, kurang minat bermain dan makan, menarik diri, sedih dan apatis.
Tahap denial : samar menerima, membina hubungan dangkal, dan anak mulai menyukai lingkungan
         Kehilangan kontrol : setiap pembatasan yang dilakukan anak merasa tidak aman dan mengancam, terganggu aktivitas rutin.          Reaksi perlukaan dan sakit: meringis menggingit , memggigit danmemukul, dapat mengkomunikasikan rasa nyeri dan menunjjukkan lokasi.

#Prasekolah
          Reaksi terhadap perpisahan : menolak makan , sering bertanya, menangis pelan-pelan  dan tidak kooperatif.
          Kehilangan kontrol : pembatasan aktivitas sehari-hari dan kehlangan kekuatan diri.
          Reaksiperlukaaan dan sakit : mengganggap tindakan dan prosedur mengancam integritas tubuh. Reaksi yang timbul seperti : anak agresif, ekspresi verbal, regresi.  


     # Usia sekolah
          Perpisahan : berpisah dgn teman –teman sebaya.
         Kehilangan kontrol : kelemahan fisik dan takut mati.
         Reaksi perlukaan dan sakit : mengkomunikasikan rasa sakit, dan mampu mengotrol rasa sakit (gigit bibir dan mengemggam).
#.Usia remaja
          Perpisahan : pisah dgn teman-teman sebaya.
         Kehilangan kontrol : menolak, tidak kooperatif dan menarik diri.
         Reaksi perlukaan dan sakit : perasaan tidak aman  sehingga menimbulkan respon
         banyak bertanya, menarik diri, dan menolak orla.



  1. Reaksi ortu :
   Perasaan cemas dan takut : perasaan tersebut muncul pada saat ortu melihat anak mendapat prosedur    menyakitkan ( Perawat harus bijaksana dan bersikap pada anak dan ortu).
Cemas yang paling tinggi dirasakan ortu pada saat menunggu informasi ttg diagnosis penyakit anaknya.
 Rasa takut muncul pada ortu terutama akibat takut kehilangan anak pada kondisi  sakit terminal.
 prilaku yang sering ditunjukkan ortu : sering bertanya ttg hal yang sama secara berulang pada org berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang, dan bahkan marah.

2. Perasaan Sedih : Muncul pada saat anak dalam kondisi terminal dan ortu mengetahui bahwa tidak ada lagi    harapan anaknya untuk sembuh.

 3. Perasaan frustasi :  Muncul pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis.

Reaksi saudara kandung   
   - Marah
   - Cemburu
   - Benci dan bersalah

5.      Asuhan keperawata
                                             a)  PENGKAJIAN
Ø  Biodata pasien
Ø  Penaggung jawab
Ø  Data psikososial
Ø  Fital sign
Ø  Skala nyeri
Ø  Kaji kecemasa 

b) INTERVENSI
1.      Tujuan umum
Klien mampu melakuakn hubungan interpersonal tanpa hambatan.
2.      Tujuan Khusus
Ø  Mengungkapakan perasaan
Ø  Menjelaskan makna dari kehilangan
Ø  Menerima kenyataan
Ø  Membina hubungan baru
Ø  Mendapatakan dukungan keluarga
c)      TINDAKAN KEPERAWATAN
Ø  Menentukan intervensi
Ø  Mencegah Ganguan
Ø  Perencanaan Keperawatan Pemberian dukungan secara verbal dan non verbal
Ø  Melibatkan Orang tua
Ø  Perharian dari orang tua
Ø  Pembuatan jadwal bersama untuk perawat dan pasien
Ø  Membina hubungan terapetik perawat – klien
Ø  Advokasi keluarga (caring)
Ø  Pencegahan penyakit dan promosi kesehatan
Ø  Pendidikan kesehatan
Ø  Konseling Pemulihan kesehatan
Ø  Mengkoordinasi / kolaborasi
Ø  Mengambil keputusan etik
Ø  Meminimalkan sressor atau penyebab stres.
Ø  Melibatkan ortu berperan aktif dlm
   perawatan (rooming in)
Ø  Modifikasi ruang  perawatan  dgn membuat situasi ruang perawatyan seperti  dirumah.
Ø  Mempertahankan kontak dgn kegiatan sekolah.
Ø  Mengurangi kehilangan kontrol : menghindari pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif thp petugas.
Ø  Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan : menjelaskan sebelum melakukan prosedur. . Memaksimalkan manfaat hospitalisasi
Ø  Memberi kesempatan pada ortu mempelajari tukem anak dan reaksi anak thp sressoryg dihadapi selama dirawat.
Ø  Dapat dijadikan media untuk belajar ortu.
Ø  Memberi kesempatan pada anak mengambil keputusan, tidak bergantung pada orla dan percaya diri.
Ø  Beri kesempatan pada anak untuk saling mengenal dan membagi pengalaman.  
Ø   Memberikan dukungan pada anggota keluarga lain
Ø  Berikan dukungan kepada keluarga utk mau tinggal dgn anak di RS.
Ø  Fasilitasi keluarga utk berkonsultasi pada psikolog atau ahli agama
Ø  Beri dukungan kepada keluarga untuk menerima kondisi anaknya dgn nilai-nilai yg diyakininya
Ø  Fasilitasi untuk menghadirkan saudara kandung anak .
Ø  Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan  di RS :

Pada tahap sebelum masuk di RS dilakukan :
a. Siapkan ruang rawat sesuai dgn tahapan usia anak dan jenis penyakit dgn peralatan yg diperlukan,
b. Apabila anak harus dirawat secara berencana, 1-2 hari sebelum dirawat diorientasikan dgn situasi RS dgn bentuk miniatur bangunan RS

Pada hari pertama dirawat lakukan tindaka
 a. Kenalkan perawat dan dokter yang akan merawatnya.
b. Orientasikan anak dan ortu pada ruang rawat yang ada beserta fasilitas yang dapat
digunakan.
c. Kenalkan dgn pasien anak lain yang menjadi teman sekamarnya.
d.Berikan identitas pada anak   
e. Jelaskan aturan RS yg berlaku dan jadwal kegiatan yang akan diikuti.
f. Laksan akan pengkajian riwayat kep.
g.Lakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainnya sesuai dgn  yang programkan. 


d)     DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kecemasan berhubungan dengan kehilangan orang tua

6.      IRK
Qr AL qosas :07

Musa a.s. dicampakkan ke dalam sungaiNil untuk menyelamatkan kaumnya dari kekejaman Fir'aun
“Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari para rasul”. 





catatan : ini dimbil dari beberapa artikel maupun blog yang tersedia di google .. trimakasih atas ilmunya :)

Senin, 26 Maret 2012

aku sudah lelah . . .
Tuhan tolonglah angkat kelelahanku ini....
aku sudah remuk...
Tuhan tolonglah kuatkan raga ku ini

Minggu, 25 Maret 2012

Keperawatan Jiwa

Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh. Psikotik yang dibahas pada modul ini yaitu psikotik akut dan kronik.

Gangguan Psikotik Akut
Gambaran utama perilaku:
  • Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
  • Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
  • Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
  • Kebingungan atau disorientasi
  • Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa alasa2. Pedoman diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai berikut :
  • Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya, mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada bendanya)
  • Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain)
  • Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
  • Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
  • Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)
Diagnosis banding                                     
Selain diagnosis pasti, ada diagnosis banding untuk psikotik akut ini karena dimungkinkan adanya gangguan fisik yang bisa menimbulkan gejala psikotik.
  • Epilepsi
  • Intoksikasi atau putus zat karena obat atau alkohol
  • Febris karena infeksi
  • Demensia dan delirium atau keduanya
  • Jika gejala psikotik berulang atau kronik, kemungkinan skizofrenia dan gangguan psikotik kronik lain
  • Jika terlihat gejala mania (suasana perasaan meninggi, percepatan bicara atau proses pikir, harga diri berlebihan), pasien mungkin sedang mengalami suatu episode maniak
  • Jika suasana perasaan menurun atau sedih, pasien mungkin sedang mengalami depresi
Penatalaksanaan
Pertama, saudara harus dapat memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang psikotik akut berikut hak dan kewajibannya

Informasi yang perlu untuk pasien dan keluarga
Untuk lebih memahami dan memperjelas isi dan metode pemberian informasi yang akan disampaikan saudara dapat dibaca lebih lengkap pada modul VI B tentang asuhan keperawatan pasien halusinasi, waham, isolasi sosial. Beberapa informasi yang perlu disampaikan pada pasien dan keluarga antara lain tentang :
  • Episode akut sering mempunyai prognosis yang baik, tetapi lama perjalanan penyakit sukar diramalkan hanya dengan melihat dari satu episode akut saja
  • Agitasi yang membahayakan pasien, keluarga atau masyarakat, memerlukan hospitalisasi atau pengawasan ketat di suatu tempat yang aman. Jika pasien menolak pengobatan, mungkin diperlukan tindakan dengan bantuan perawat kesehatan jiwa masyarakat dan perangkat desa serta keamanan setempat
  • Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya:
  1. Keluarga atau teman harus mendampingi pasien
  2. Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum, eliminasi dan kebersihan)
  3. Hati-hati agar pasien tidak mengalami cedera
Konseling pasien dan keluarga
  1. Bantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan pengobatan psikiatrik antara lain : hak pasien, kewajiban dan tanggung jawab keluarga dalam pengobatan pasien
  2. Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak dengan stresor
  3. Motivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari-hari setelah gejala membaik

Pengobatan
Program pengobatan untuk psikotik akut :
1. Berikan obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik :
• Haloperidol 2-5 mg, 1 sampai 3 kali sehari, atau
• Chlorpromazine 100-200 mg, 1 sampai 3 kali sehari
Dosis harus diberikan serendah mungkin untuk mengurangi efek samping, walaupun beberapa pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi
(2). Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika untuk mengendalikan agitasi akut (misalnya: lorazepam 1-2 mg, 1 sampai 3 kali sehari)
(3). Lanjutkan obat antipsikotik selama sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah gejala hilang.
Apabila saudara menemukan pasien gangguan jiwa di rumah dengan perilaku di bawah ini, lakukan kolaborasi dengan tim untuk mengatasinya.
• Kekakuan otot (Distonia atau spasme akut), bisa ditanggulangi dengan suntikan benzodiazepine atau obat antiparkinson
• Kegelisahan motorik berat (Akatisia), bisa ditanggulangi dengan pengurangan dosis terapi atau pemberian beta-bloker
• Gejala parkinson (tremor/gemetar, akinesia), bisa ditanggulangi dengan obat antiparkinson oral (misalnya, trihexyphenidil 2 mg 3 kali sehari)
 

Rujukan
Tindakan rujukan diperlukan bila terjadi kondisi-kondisi yang tidak dapat diatasi melalui tindakan yang sudah dilakukan sebelumnya khususnya pada :
• Kasus baru gangguan psikotik
• Kasus dengan efek samping motorik yang berat atau timbulnya demam, kekakuan, hipertensi, hentikan obat antipsikotik lalu rujuk

Proses diagnosis gangguan jiaw
•Anamnesis/aloanamnesis
•Alasan berobat
•Riwayat gangguan sekarang;dahulu
•Riwayat perkembangan
•Latar belakang sosial ekonomi, keluarga
•Identitas, sakit/D. terkai
Proses diagnosis gangguan jiwa
•Fisik Diagnostik/status
mental/laboratorium/radiologi
•Evaluasi psikologik dll
•Diagnosis banding- Diagnosis
-penatalaksanaan terapi
•Prevensi I-II-III=tindak lanjut
•Farmako /psiko terapi
•Terapi sosial/okupasional

Macam-macam gangguan Jiwa dipengaruhi oleh
Diagnosis, Perjalanan: akut/krois
3.     Kumpulan gejala (sindrom); manik, depresi,
paranoid, katatonik,skizofrenik, psikotik,
sindrom terkait budaya, Usia/kelompok usia; balita, anak, remaja,
dewasa, lansia, Status; bungsu/sulung/tunggal/menikah

catatan : ini dimbil dari beberapa artikel maupun blog yang tersedia di google .. trimakasih atas ilmunya :)
 
Copyright (c) 2010 Eni Eviani Tube S.Kep. Design by WPThemes Expert

Themes By Buy My Themes and Direct Line Insurance.