Senin, 02 April 2012


Keperawatan Komunitas

 Terapi Komplementer
Terapi komplementer dan alternatif adalah  terapi dalam ruang lingkup luas meliputi system kesehatan, modalitas, dan praktek-praktek yang berhubungan dengan teori-teori dan kepercayaan pada suatu daerah dan pada waktu/periode tertentu. Terapi komplementer  adalah terapi yang digunakan secara bersama-sama dengan terapi lain dan bukan untuk menggantikan terapi medis. Terapi komplementer  dapat digunakan sebagai single therapy ketika digunakan untuk meningkatkan kesehatan (Sparber, 2005) Menurut WHO (World Health Organization), Pengobatan komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan, sehingga  untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Tetapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer..

Alasan yang paling umum orang menggunakan terapi komplementer adalah untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan/wellness. Wellness mencakup kesehatan optimum seseorang, baik secara fisik, emosional, mental dan spiritual.  Fokus  terapi komplementer adalah  kesejahteraan yang berhubungan dengan tubuh,  pikiran dan spirit.    Terapi komplementer bertujuan untuk mengurangi stres, meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, menghindari atau meminimalkan efek samping, gejala-gejala, dan atau mengontrol serta menyembuhkanpenyakit (Purnel, 2001 http://nccam.nih.gov/health/camcancer/).
Kegunaan dari terapi komplementer
Para pengidap HIV (Human Immunodeficiency Virus), dengan pemenuhan nutrisi dan ketenangan spiritual bisa memperpanjang harapan hidup mereka. Terapi alternatif komplementer, seperti; akupunktur, akupressur, meditasi, dan mengomsumsi tanaman obat dapat menambah daya tahan tubuh dan pertumbuhan sel-sel imun. Pernyataan ini pernah dikemukakan oleh Putu Oka Sukanta, akupunturis sekaligus pembicara dalam talk show yang diadakan Indonesia HIV Prevention and Care Project (IHPCP) di Indonesia Sehat Expo 2007, Jakarta Convention Center, Rabu (24/10). Menurut Putu Oka Sukanta, ketenangan spiritual dan nutrisi peningkat daya tahan membuat virus lebih jinak dan memperlambat perkembangannya dalam tubuh manusia, sehingga memberi kesempatan CD4 yaitu sel pembentuk daya tahan tubuh  untuk berkembang dan memperbanyak diri.
Akupunktur dan akupressur diberikan untuk memperkuat organ-organ vital, seperti; paru-paru, ginjal, lambung, dan limpa, pada masa awal infeksi HIV. Sebelum daya tahan tubuh dan sel- sel CD4 turun karena infeksi HIV, organ penting tersebut harus kuat,” kata Putu Oka. Untuk penderita HIV, keempat organ vital tersebut harus dijaga daya tahannya karena memiliki fungsi penting, seperti paru-paru yang berfungsi mengikat oksigen, lambung untuk mengolah makanan yang masuk, dan limpa yang berguna untuk menyerap sari-sari makanan. Dengan akupressur, tambah Putu Oka, titik-titik tubuh yang berhubungan dengan organ vital tersebut dipijat untuk menguatkan fungsi organ.
Selain dengan teknik akupressur dan akupunktur, konsumsi tanaman obat juga membantu penguatan fungsi organ vital. Pegagan misalnya, digunakan untuk regenerasi sel pembentuk daya tahan tubuh dan juga untuk menguatkan fungsi ginjal,” kata Putu Oka yang juga mengelola Taman Sringanis, pelestari tanaman obat dan pengembang kesehatan alami. Selain pegagan, tanaman penguat daya tahan tubuh adalah meniran. “Reaksi pertama yang ditunjukkan pengidap HIV adalah penyangkalan dan stres. Padahal stres merupakan penyebab vital menurunnya daya tahan tubuh,” kata Putu Oka. Untuk mempertahankan ketenangan batin pengidap HIV, diperlukan suatu metode, seperti meditasi dan oleh napas untuk membantu penderita menenangkan diri. Teknik olah napas saat meditasi membantu paru-paru mengikat oksigen. Idong salah satu pasien pengidap HIV yang telah mengikuti terapi komplementer, mengaku sangat merasakan manfaat positifnya. “Dengan mengikuti meditasi, olah napas, dan mengonsumsi tanaman obat, CD4 saya selalu di atas 600. Padahal umumnya penderita HIV hanya memiliki CD4 di bawah 500,” kata Idong. Dia mengaku sampai kini belum mengonsumsi antiretroviral (ARV) karena kadar CD4-nya belum di bawah 200. ARV sendiri hanya digunakan bagi mereka yang kadar CD4-nya di bawah 200. ujarnya.


  Strategi dalam menjalankan terapi komplementer
Setiap melakukan tindakan atau rencana, kita sudah barang tentu akan berhadapan dengan sebuah strategi. Strategi ini akan menentukan arah perjalanan tindakan atau rencana yang akan kita lakukan. Termasuk salah satunya adalah bagaimana strategi kita ketika ingin mendirikan terapi komplementer?.
Strategi merupakan suatu kelompok keputusan, tentang tujuan-tujuan apa yang akan diupayakan pencapaiannya, tindakan-tindakan apa yang perlu dilakukan, dan bagaimana memamfaatkan sumber-sumber daya guna mencapai tujuan tersebut” (Jones, et al., 2003:2001)
Konsep strategi merupakan sebuah konsep yang perlu dipahami dan diterapkan oleh setiap entrepreneur maupun setiap manajer, dalam segala macam bidang usaha. Sejak beberapa tahun yang lampau, pengertian strategi makin banyak mendapatkan perhatian dan dibahas dalam literatur dalam menajemen. Aneka macam artikel bermunculan sehubungan dengan misalnya: strategi asortimen, produk-strategi, permasalahan strategi, sampai dengan diversifikasi-strategi bisnis. Di dalam mendirikan terapi komplementer sendiri, kita juga bisa berlandas pada elemen esensial sebagai berikut:
1.      Tentukan terlebih dahulu tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang paling penting yang perlu dicapai.
2.   Kebijakan yang paling penting yang mengarahkan atau membatasi kegiatan.
3.   Tahapan-tahapan tindakan pokok atau program yang akan mencapai tujuan yang ditetapkan di dalam batas-batas yang digariskan.

Terapi komplamenter dalam keperawatan
Perawat secara holistik harus bisa mengintegrasikan prinsip mind-body-spirit dan modalitas (cara menyatakan sikap terhadap suatu situasi) dalam dalam kehidupan sehari-hari dan praktek keperawatannya. Terapi komplementer menjadi salah satu cara bagi perawat untuk menciptakan lingkungan yang terapeutik dengan menggunakan diri sendiri sebagai alat atau media penyembuh dalam rangka menolong orang lain dari masalah kesehatan. Terapi komplementer digunakan bersama-sama dengan terapi medis conventional.
 “Sebenarnya terapi komplementer telah banyak ada di Indonesia, hanya saja peran perawat belum begitu terlihat disini. Kita berharap setelah kegiatan seminar ini, akan ada semacam unit khusus yang mengkaji tentang terapi komplementer untuk terus berkembang,” ujar Dekan Fakultas Keperawatan (Fkep) Unpad, Mamat Lukman, SKM., S.Kp., M.Si saat membuka acara seminar bertema “Complementary Therapy dalam Praktik Keperawatan” di Auditorium Teaching Hospital Unpad, Jl. Prof. Eyckman No. 38, Sabtu (3/07).Hartiah mengatakan, perawat adalah salah satu pelaku dari terapi komplementer selain dokter dan praktisi terapi. Perawat dapat melakukan intervensi mandiri kepada pasien dalam fungsinya secara holistik dengan memberikan advocate dalam hal keamanan, kenyamanan dan secara ekonomi kepada pasien. “Dengan menguasai terapi komplementer, akan menjadi nilai tambah bagi seorang perawat sehingga bisa memajukan profesinya,” tambah Hartiah menjelaskan.
Terapi komplementer di klasifikasikan menjadi beberapa macam antara lain, Mind-BodyTherapy, terapi dengan basis biologis, terapi dengan dasar memanipulasi tubuh (badan), terapi berbasis energi, terapi spiritual dan terapi berbasis nutrisi. Hypnotherapy dan akupuntur menjadi jenis yang bisa digunakan kepada pasien oleh perawat dalam usaha melakukan intervensi mandiri.
Hyonotherapy bisa digunakan untuk mengarahkan pasien dengan memanfaatkan keadaan hipnotik untuk mengenal dan menyentuh potensi dan sumber dari pikiran bawah sadar sehingga terjadi perubahan teurapeutik. Dalam kondisi tersebut kita bisa memberi sugesti kepada pasien. Dan itu memudahkan pekerjaan kita nantinya,” jelas Aat. Berbeda dengan Hyonotherapy, Dr. Tomi menjelaskan bahwa akupuntur merupakan keterapian fisik melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan cara perangsangan daerah permukaan tubuh tertentu (titik akupuntur). Pada masa perawatan, akupuntur dapat membantu dalam menanggulangi dan mengatasi rasa nyeri.“ Media yang digunakan pada akupuntur biasanya adalah jarum atau sarana pengganti lainnya,” tuturnya.
Dari aspek hukumnya, Dr. Tri menyebutkan beberapa dasar hukum untuk terapi komplementer alternatif. Diantaranya adalah Permenkes RI no.1109/Menkes/PER/IX/2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan.
erika terapi komplementer kedokteran dibagi empat jenis terapi : Chiropractic , teknik relaksasi, terapi masase dan akupunktur, lainnya terapi komplementer yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan. Banyak terapi modalitas yang digunakan pada terapi komplementer mirip dengan tindakan keperawatan seperti teknik sentuhan, masase dan manajemen stress.
Berikut macam – macam dari terapi komplementer dan kedokteran alternatif : masase, diet , terapi musik, vitamins, produk herbal, teknik relaksasi, imagenary, humor, terapi sentuhan. Akupuntur, acupressure, chiropractice, dukungan kelompok, hipnotis, meditasi, aromatherapy, yoga , biofeedback.

Dari hasil penelitian pendapat mahasiswa perawat tentang terapi komplementer yang direkomendasikan untuk perawat adalah : masase, terapi musik, diet, teknik relaksasi, vitamin dan produk herbal. Bagi perawat yang tertarik mendalami terapi komplementer dapat memulai dengan tindakan – tindakan keperawatan atau terapi modalitas yang berada pada bidang keperawatan yang dikuasai secara mahir berdasarkan perkembangan teknologi terbaru dan jangan lupa untuk membaca peraturan – peraturan tentang terapi komplementer yang berlaku, seperti permenkes 1109/Menkes/Per/IX/2007, karena lain negara lain peraturan dan masalah terapi komplementer ini menjadi inspirasi bagi perumus RUU Praktik Keperawatan (keep the spirit)
Hypnotherapy merupakan salah satu bentuk dari penerapan terapi komplementer (Foto: Malikkul Shaleh)
Berbeda dengan Hyonotherapy, Dr. Tomi menjelaskan bahwa akupuntur merupakan keterapian fisik melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan cara perangsangan daerah permukaan tubuh tertentu (titik akupuntur). Pada masa perawatan, akupuntur dapat membantu dalam menanggulangi dan mengatasi rasa nyeri.“ Media yang digunakan pada akupuntur biasanya adalah jarum atau sarana pengganti lainnya,” tuturnya.
Dari aspek hukumnya, Dr. Tri menyebutkan beberapa dasar hukum untuk terapi komplementer alternatif. Diantaranya adalah Permenkes RI no.1109/Menkes/PER/IX/2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan.

catatan : ini dimbil dari beberapa artikel maupun blog yang tersedia di google .. trimakasih atas ilmunya :)

Keperawatan HIV and AIDS


            Aids adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV;[1] atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain). ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.[2][3] Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
 (ANTARA News) -Jumlah penderita HIV/AIDS di  seluruh kabupaten/kota di Indonesia pada 2010 diperkirakan mencapai 93 ribu sampai 130 ribu orang.menurut "National Trainer Care, Support and Treatment IMAI-HIV/AIDS", dr Ronald Jonathan MSc, pada seminar dua hari "Global Diseases 2nd Continuing Professional Development" di  Bandarlampung, Sabtu dan Minggu, angka itu diperoleh berdasarkan perkiraan pengaduan penderita terinfeksi HIV/AIDS ke sejumlah rumah sakit, yang berjumlah tidak lebih dari sepersepuluh korban terinfeksi keseluruhan.

"Perkiraan saya, jumlah kasus terinfeksi HIV/AIDS hingga 2010 akan mencapai antara 93 ribu hingga 130 ribu kasus, dan prinsip fenomena gunung es yang berlaku mengatakan, jumlah penderita HIV/AIDS yang tampak hanyalah 5-10 persen dari jumlah keseluruhan," katanya.

Sementara itu, dia menambahkan, jumlah penderita HIV/AIDS di seluruh Indonesia sejak 1980-an hingga September 2009 yang terdata oleh Departemen Kesehatan mencapai 18.442 penderita, dengan perbandingan jumlah penderita laki-laki dan perempuan sebesar tiga berbanding satu.

"Sudah ada pergeseran pola penyebaran, kini penyeberan terbesar terjadi lewat hubungan seks, bukan lagi penggunaan jarum suntik," ujarnya.

Dia menerangkan, hampir 50 persen dari penyebaran virus HIV/AIDS terjadi melalui hubungan seksual,dan melalui jarum suntik (pada pengguna narkoba) mencapai 40,7 persen berdasarkan riset terhadap jumlah total penderita.

Sementara itu, penyebaran virus HIV/AIDS pada gay, waria dan transgender hanya mencapai 3-4 persen dari jumlah total penderita.
Pendataan terakhir pada 30 November tahun 2011 di Indonesia masih terus meningkat. Seperti dilansir oleh Tempo.Co jumlah penderita HIV/AIDS di Jawa Timur sejak Januari hingga awal November 2011 mencapai 4.318 orang. Angka ini menjadikan provinsi paling timur di Pulau Jawa itu berada pada posisi tertinggi di Indonesia yang selama ini ditempati DKI Jakarta. “Ada peran besar dari para TKI yang pulang membawa HIV karena Jawa Timur adalah penyumbang terbesar TKI,” kata Asisten Kesejahteraan Pemerintah Jawa Timur, Edy Purwinarto, Rabu, 30 November 2011. Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA

Para peneliti mengatakan terapi obat-obatan anti-retroviral telah meningkatkan harapan hidup pasien-pasien HIV hingga 81 persen di Amerika dan negara-negara maju lainnya. Tetapi di negara-negara miskin, HIV-AIDS masih memakan banyak korban, terutama karena kurang efektifnya terapi bagi para pasien HIV-positif. Studi baru yang dilakukan di Uganda – salah satu negara di Afrika Timur – menemukan pasien-pasien HIV yang mendapat perawatan anti-retroviral dapat hidup selama orang yang tidak terinfeksi virus tersebut yaitu rata-rata 55 tahun.
Dr. Edward Mills – salah seorang penulis laporan tersebut mengatakan, “Ini merupakan penelitian pertama untuk melihat tingkat harapan hidup di Afrika. Jika seorang yang berusia 20 tahun dapat memulai pengobatan sebelum mereka jatuh sakit, mereka diperkirakan akan hidup sekitar 27 tahun lagi. Sedikit lebih rendah pada laki-laki dibandingkan perempuan karena laki-laki cenderung mencari pengobatan pada tahap lanjut."
Obat antiretroviral (ARV) membantu kita dengan menghambat
proses pembuatan HIV dalam sel CD4, dengan demikian
mengurangi jumlah virus yang tersedia untuk menularkan sel CD4
baru. Akibatnya sistem kekebalan tubuh kita dilindungi dari
kerusakan dan mulai pulih kembali, seperti ditunjukkan oleh
peningkatan dalam jumlah sel CD4 kita
Obat ARV terdiri dari beberapa golongan seperti
nucleosidereverse transcri  ptase inh ibitor  , nucleotide reverse transcri
 P tase inhibitor, nonnucleside reverse transcri
 p tase inhibitor , dan inhibitor protease. (Sudoyo,2006)

Klasifikasi
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakanindicator AIDS (kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3atau B3 dianggap menderita AIDS.1.

Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksiHuman Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpakeadaan dalam kategori klinis B dan C
a.     Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik. 
b.     Limpanodenopati generalisata yang persisten (PGI : PersistentGeneralized Limpanodenophaty) 
c.     Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut dengansakit yang menyertai atau riwayat infeksi Human ImmunodeficiencyVirus (HIV) yang akut.2.

Kategori Klinis BContoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
a.     Angiomatosis Baksilaris 
b.     Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap terapic.
c.     Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )d.\Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5oC ) atau diare lebih dari 1 bulan.e.
d.     Leukoplakial yang berambutf.
e.     Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi padalebih dari satu dermaton saraf.
f.      .Idiopatik Trombositopenik Purpurah.
g.     Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii3.

Kategori Klinis C :
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup  
Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus.


catatan : ini dimbil dari beberapa artikel maupun blog yang tersedia di google .. trimakasih atas ilmunya :)

Minggu, 01 April 2012

KEPERAWATAN ANAK 


 Definisi Hospitalisasi Hoptalisasi menurut Parini 1999 yaitu kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya perubahan atau ganggaun fifik,psikis ,sosial dan adaptasi terhadap ligkungan.
Selain itu Hospitalisasi juga merupakan Suatu Proses yang karena suatu bencana misalnya Ganguan fisik (luka,cedera dll) dan juga ganguan psikologi, mengharuskan anak harus dirawat Di Rumah sakit, samapi proses pemulihan kembali ke rumah.u ganggaun fifik,psikis ,sosial dan adaptasi terhadap ligkungan.
Hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.  

       Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi, dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Jika seorang anak dirawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena anak mengalami stress akibat perubahan baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari, anak mempunyaisejumlah keterbatasan dalam mekanismme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan. Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah (Wong, 2000).
Hospitalisasi pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan dan stress pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga medis lainnya), lingkungan baru, maupun keluarga yang mendampinginya.

Hospitalisasi à traumatis
Atraumatik : Asuhan yang tidak menimbulkan trauma fisik dan psikis pada anak dan keluarga akibat setting, personel dan penggunaan iintervensi tertentu.
a.       Distress psikis : cemas, takut, marah, kecewa, sedih, malu, rasa bersalah
b.      Distres fisik : imobilisasi, kurang tidur karena nyeri, bising, silau dll .

Tujuan Atraumatik :
a.      Cegah perpisahan dengan keluarga
b.      Tingkatkan sensasi pengendalian diri
c.       Perkecil cedera tubuh dan nyeri
Contoh :
v   Meningkatkan atau memperkokoh hub. ortu – anak selama hospitalisasi
v   Menyiapkan anak sebelum prosedur  atau tindakan
v   Mengontrol nyeri
v   Memberikan kesempatan bermain untuk mengalihkan perasaan takut dan agresi
v   Menghargai perbedaan kultur   
            Atraumatic care adalah suatu tindakan perawatan terapetik yang dilakukan oleh seseorang dengan menggunakan intervensi melalui cara mengeliminasi atau meminimalisasi stress psikologi dan fisik yang dialami oleh anak dan keluarganya dalam sistem pelayanan kesehatan. Dalam Wong (1989) menyebutkan bahwa atraumatic care berhubungan dengan siapa, apa, kapan, dimana, mengapa, bagaimana dari setiap prosedur tindakan yang ditujukan pada anak bertujuan untuk mencegah atau mengurangi stress psikologi dan fisik. Prosedur perawatan/setting menyangkut tempat pemberian perawatan, misal di rumah, rumah sakit, ataupun tempat kesehatan yang lain. Personel menyangkut hal orang yang terlibat langsung dalam pemberian terapi. Intervensi melingkupi cakupan psikologi seperti intervensi kejiwaan, yang mengijinkan orangtua dan anak dalam satu ruangan. Tekanan psikologi menyangkut kecemasan, takut, marah, rasa kecewa, sedih, malu, dan rasa bersalah. Adapun rentang tekanan psikologi yang lain adalah tidak bisa tidur dan immobilisasi hingga terganggu ransangan sensori seperti rasa sakit, kenaikan suhu, suara bising, cahaya lampu, ataupun kegelapan.
2.      Prinsip Hospitalisasi
·         Perpisahan
·         Kehilangan kendali
·         Perubahan gambaran diri
·          Nyeri
·         Rasa takut
·         Meningkatkan kemampuan orang tua
·         Memodifikasi Lingkungan
·         Rasa cemas takut
·         Tumbuh kembang
·         Mencegah cedera dan nyeri
·         Peningkatan teknik relaksasi
·         Informed concent
·         Persiapan prosedur
·         Persiapan psikologis
·         Persiapan fisik
·         Penampilan prosedur
·         Dukungan pasca prosedur
·         Menggunakan bermain selama prosedur

3.      Faktor-Faktor Hospitalisasi
·         Umur pasien
·         Perkembangan kognitifnya
·         Tipe frekuensi tindakan infasif yang dilakukan
·         Pembatasan aktifitas dan merasa hukuman
·         Respon respon kecemasan pada anak
·         Perpisahan
·         Kehilangan kendali
·         Perubahan gambaran diri
·         Nyeri
·         Rasa takut
·         Kedekatan anak dengan orang tua
·         Penyakit yang diderita
·         Fantasi bayagan anak
·         Ligkungan rumah sakit
·         Kesiapan perawat
·         Pemberian info
·         Alat terapi dan bermain
·         Prosedur tindakan
·         Pengalaman anak
·         Sosial budaya
·         Kepercayaan/spiritual
·         Peran seks
·         Status sosial ekonomi
·         Kondisi fisik dan psikoogi individu
       

4.      Dampak  Hospitalisasi 
           Berbagai perasaan yang muncul pada anak yaitu :
                  - cemas
                  - marah
                  - sedih
                  - takut
                  - rasa bersalah
 Perasaan itu timbul karena menghadapi sesuatu yg baru dan belum pernah dialami sebelumya. Apabila anak stress selama dalam perawatan,orang tua menjadi sress pula, dan streess orang tua akan membuat tingkat stress anak semakin miningkat. Sehingga asuhan kep tidak bisa hanya berfokus pada anak , tetapi juga pada orangtuanya.
·         Perubhan konsep diri
·         Perubahan harga diri
·         Perubahan citra diri
·         Kemunduran tingkat perkembangan mental
·         Kehilangan kebebasan
·         Asing
·         Persepsi yang salah karena penyakit
·         Kehilangan kontrol
·         Ganguan body image
·         Sakit/pain
·         Ketakutan
·         Immobiltas fisik


REAKSI ANAK TERHADAP STRESS MENURUT TAHAP PERKEMBAGANNYA.
A. INFANT
         Cemas akibat perpisahan dgn ortu akan menyebabkan gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang. 
       Pada usia lebih 6 bulan akan menyebabkan Stranger Anxiety dimana anak akan
              - menangis       
              - marah
              - Gerakan yang berlebihan.

Pada usia 6 bulan akan memperlihatkan  Separation Anxiety dimana bayi menenagis keras jika ditinggal ibunya. Perlukaan dan rasa sakit : ekspresi wajah tidak menyenangkan, pergerakan tubuh yg berlebihan dan menangis kuat.
# Todller
            Perpisahan merupakan sumber strees pada usia todller.
  Respon prilaku yang anak sesuai dgn  tahapannya yaitu :
1.      Tahap protes : nangis kuat, menjerit memanggil ortu, menolak perhatian orla.
2.      Tahap  putus asa : namgis berkurang, tidak aktif, kurang minat bermain dan makan, menarik diri, sedih dan apatis.
Tahap denial : samar menerima, membina hubungan dangkal, dan anak mulai menyukai lingkungan
         Kehilangan kontrol : setiap pembatasan yang dilakukan anak merasa tidak aman dan mengancam, terganggu aktivitas rutin.          Reaksi perlukaan dan sakit: meringis menggingit , memggigit danmemukul, dapat mengkomunikasikan rasa nyeri dan menunjjukkan lokasi.

#Prasekolah
          Reaksi terhadap perpisahan : menolak makan , sering bertanya, menangis pelan-pelan  dan tidak kooperatif.
          Kehilangan kontrol : pembatasan aktivitas sehari-hari dan kehlangan kekuatan diri.
          Reaksiperlukaaan dan sakit : mengganggap tindakan dan prosedur mengancam integritas tubuh. Reaksi yang timbul seperti : anak agresif, ekspresi verbal, regresi.  


     # Usia sekolah
          Perpisahan : berpisah dgn teman –teman sebaya.
         Kehilangan kontrol : kelemahan fisik dan takut mati.
         Reaksi perlukaan dan sakit : mengkomunikasikan rasa sakit, dan mampu mengotrol rasa sakit (gigit bibir dan mengemggam).
#.Usia remaja
          Perpisahan : pisah dgn teman-teman sebaya.
         Kehilangan kontrol : menolak, tidak kooperatif dan menarik diri.
         Reaksi perlukaan dan sakit : perasaan tidak aman  sehingga menimbulkan respon
         banyak bertanya, menarik diri, dan menolak orla.



  1. Reaksi ortu :
   Perasaan cemas dan takut : perasaan tersebut muncul pada saat ortu melihat anak mendapat prosedur    menyakitkan ( Perawat harus bijaksana dan bersikap pada anak dan ortu).
Cemas yang paling tinggi dirasakan ortu pada saat menunggu informasi ttg diagnosis penyakit anaknya.
 Rasa takut muncul pada ortu terutama akibat takut kehilangan anak pada kondisi  sakit terminal.
 prilaku yang sering ditunjukkan ortu : sering bertanya ttg hal yang sama secara berulang pada org berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang, dan bahkan marah.

2. Perasaan Sedih : Muncul pada saat anak dalam kondisi terminal dan ortu mengetahui bahwa tidak ada lagi    harapan anaknya untuk sembuh.

 3. Perasaan frustasi :  Muncul pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis.

Reaksi saudara kandung   
   - Marah
   - Cemburu
   - Benci dan bersalah

5.      Asuhan keperawata
                                             a)  PENGKAJIAN
Ø  Biodata pasien
Ø  Penaggung jawab
Ø  Data psikososial
Ø  Fital sign
Ø  Skala nyeri
Ø  Kaji kecemasa 

b) INTERVENSI
1.      Tujuan umum
Klien mampu melakuakn hubungan interpersonal tanpa hambatan.
2.      Tujuan Khusus
Ø  Mengungkapakan perasaan
Ø  Menjelaskan makna dari kehilangan
Ø  Menerima kenyataan
Ø  Membina hubungan baru
Ø  Mendapatakan dukungan keluarga
c)      TINDAKAN KEPERAWATAN
Ø  Menentukan intervensi
Ø  Mencegah Ganguan
Ø  Perencanaan Keperawatan Pemberian dukungan secara verbal dan non verbal
Ø  Melibatkan Orang tua
Ø  Perharian dari orang tua
Ø  Pembuatan jadwal bersama untuk perawat dan pasien
Ø  Membina hubungan terapetik perawat – klien
Ø  Advokasi keluarga (caring)
Ø  Pencegahan penyakit dan promosi kesehatan
Ø  Pendidikan kesehatan
Ø  Konseling Pemulihan kesehatan
Ø  Mengkoordinasi / kolaborasi
Ø  Mengambil keputusan etik
Ø  Meminimalkan sressor atau penyebab stres.
Ø  Melibatkan ortu berperan aktif dlm
   perawatan (rooming in)
Ø  Modifikasi ruang  perawatan  dgn membuat situasi ruang perawatyan seperti  dirumah.
Ø  Mempertahankan kontak dgn kegiatan sekolah.
Ø  Mengurangi kehilangan kontrol : menghindari pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif thp petugas.
Ø  Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan : menjelaskan sebelum melakukan prosedur. . Memaksimalkan manfaat hospitalisasi
Ø  Memberi kesempatan pada ortu mempelajari tukem anak dan reaksi anak thp sressoryg dihadapi selama dirawat.
Ø  Dapat dijadikan media untuk belajar ortu.
Ø  Memberi kesempatan pada anak mengambil keputusan, tidak bergantung pada orla dan percaya diri.
Ø  Beri kesempatan pada anak untuk saling mengenal dan membagi pengalaman.  
Ø   Memberikan dukungan pada anggota keluarga lain
Ø  Berikan dukungan kepada keluarga utk mau tinggal dgn anak di RS.
Ø  Fasilitasi keluarga utk berkonsultasi pada psikolog atau ahli agama
Ø  Beri dukungan kepada keluarga untuk menerima kondisi anaknya dgn nilai-nilai yg diyakininya
Ø  Fasilitasi untuk menghadirkan saudara kandung anak .
Ø  Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan  di RS :

Pada tahap sebelum masuk di RS dilakukan :
a. Siapkan ruang rawat sesuai dgn tahapan usia anak dan jenis penyakit dgn peralatan yg diperlukan,
b. Apabila anak harus dirawat secara berencana, 1-2 hari sebelum dirawat diorientasikan dgn situasi RS dgn bentuk miniatur bangunan RS

Pada hari pertama dirawat lakukan tindaka
 a. Kenalkan perawat dan dokter yang akan merawatnya.
b. Orientasikan anak dan ortu pada ruang rawat yang ada beserta fasilitas yang dapat
digunakan.
c. Kenalkan dgn pasien anak lain yang menjadi teman sekamarnya.
d.Berikan identitas pada anak   
e. Jelaskan aturan RS yg berlaku dan jadwal kegiatan yang akan diikuti.
f. Laksan akan pengkajian riwayat kep.
g.Lakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainnya sesuai dgn  yang programkan. 


d)     DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kecemasan berhubungan dengan kehilangan orang tua

6.      IRK
Qr AL qosas :07

Musa a.s. dicampakkan ke dalam sungaiNil untuk menyelamatkan kaumnya dari kekejaman Fir'aun
“Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari para rasul”. 





catatan : ini dimbil dari beberapa artikel maupun blog yang tersedia di google .. trimakasih atas ilmunya :)
 
Copyright (c) 2010 Eni Eviani Tube S.Kep. Design by WPThemes Expert

Themes By Buy My Themes and Direct Line Insurance.