Senin, 02 April 2012


Keperawatan Komunitas

 Terapi Komplementer
Terapi komplementer dan alternatif adalah  terapi dalam ruang lingkup luas meliputi system kesehatan, modalitas, dan praktek-praktek yang berhubungan dengan teori-teori dan kepercayaan pada suatu daerah dan pada waktu/periode tertentu. Terapi komplementer  adalah terapi yang digunakan secara bersama-sama dengan terapi lain dan bukan untuk menggantikan terapi medis. Terapi komplementer  dapat digunakan sebagai single therapy ketika digunakan untuk meningkatkan kesehatan (Sparber, 2005) Menurut WHO (World Health Organization), Pengobatan komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan, sehingga  untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Tetapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer..

Alasan yang paling umum orang menggunakan terapi komplementer adalah untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan/wellness. Wellness mencakup kesehatan optimum seseorang, baik secara fisik, emosional, mental dan spiritual.  Fokus  terapi komplementer adalah  kesejahteraan yang berhubungan dengan tubuh,  pikiran dan spirit.    Terapi komplementer bertujuan untuk mengurangi stres, meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, menghindari atau meminimalkan efek samping, gejala-gejala, dan atau mengontrol serta menyembuhkanpenyakit (Purnel, 2001 http://nccam.nih.gov/health/camcancer/).
Kegunaan dari terapi komplementer
Para pengidap HIV (Human Immunodeficiency Virus), dengan pemenuhan nutrisi dan ketenangan spiritual bisa memperpanjang harapan hidup mereka. Terapi alternatif komplementer, seperti; akupunktur, akupressur, meditasi, dan mengomsumsi tanaman obat dapat menambah daya tahan tubuh dan pertumbuhan sel-sel imun. Pernyataan ini pernah dikemukakan oleh Putu Oka Sukanta, akupunturis sekaligus pembicara dalam talk show yang diadakan Indonesia HIV Prevention and Care Project (IHPCP) di Indonesia Sehat Expo 2007, Jakarta Convention Center, Rabu (24/10). Menurut Putu Oka Sukanta, ketenangan spiritual dan nutrisi peningkat daya tahan membuat virus lebih jinak dan memperlambat perkembangannya dalam tubuh manusia, sehingga memberi kesempatan CD4 yaitu sel pembentuk daya tahan tubuh  untuk berkembang dan memperbanyak diri.
Akupunktur dan akupressur diberikan untuk memperkuat organ-organ vital, seperti; paru-paru, ginjal, lambung, dan limpa, pada masa awal infeksi HIV. Sebelum daya tahan tubuh dan sel- sel CD4 turun karena infeksi HIV, organ penting tersebut harus kuat,” kata Putu Oka. Untuk penderita HIV, keempat organ vital tersebut harus dijaga daya tahannya karena memiliki fungsi penting, seperti paru-paru yang berfungsi mengikat oksigen, lambung untuk mengolah makanan yang masuk, dan limpa yang berguna untuk menyerap sari-sari makanan. Dengan akupressur, tambah Putu Oka, titik-titik tubuh yang berhubungan dengan organ vital tersebut dipijat untuk menguatkan fungsi organ.
Selain dengan teknik akupressur dan akupunktur, konsumsi tanaman obat juga membantu penguatan fungsi organ vital. Pegagan misalnya, digunakan untuk regenerasi sel pembentuk daya tahan tubuh dan juga untuk menguatkan fungsi ginjal,” kata Putu Oka yang juga mengelola Taman Sringanis, pelestari tanaman obat dan pengembang kesehatan alami. Selain pegagan, tanaman penguat daya tahan tubuh adalah meniran. “Reaksi pertama yang ditunjukkan pengidap HIV adalah penyangkalan dan stres. Padahal stres merupakan penyebab vital menurunnya daya tahan tubuh,” kata Putu Oka. Untuk mempertahankan ketenangan batin pengidap HIV, diperlukan suatu metode, seperti meditasi dan oleh napas untuk membantu penderita menenangkan diri. Teknik olah napas saat meditasi membantu paru-paru mengikat oksigen. Idong salah satu pasien pengidap HIV yang telah mengikuti terapi komplementer, mengaku sangat merasakan manfaat positifnya. “Dengan mengikuti meditasi, olah napas, dan mengonsumsi tanaman obat, CD4 saya selalu di atas 600. Padahal umumnya penderita HIV hanya memiliki CD4 di bawah 500,” kata Idong. Dia mengaku sampai kini belum mengonsumsi antiretroviral (ARV) karena kadar CD4-nya belum di bawah 200. ARV sendiri hanya digunakan bagi mereka yang kadar CD4-nya di bawah 200. ujarnya.


  Strategi dalam menjalankan terapi komplementer
Setiap melakukan tindakan atau rencana, kita sudah barang tentu akan berhadapan dengan sebuah strategi. Strategi ini akan menentukan arah perjalanan tindakan atau rencana yang akan kita lakukan. Termasuk salah satunya adalah bagaimana strategi kita ketika ingin mendirikan terapi komplementer?.
Strategi merupakan suatu kelompok keputusan, tentang tujuan-tujuan apa yang akan diupayakan pencapaiannya, tindakan-tindakan apa yang perlu dilakukan, dan bagaimana memamfaatkan sumber-sumber daya guna mencapai tujuan tersebut” (Jones, et al., 2003:2001)
Konsep strategi merupakan sebuah konsep yang perlu dipahami dan diterapkan oleh setiap entrepreneur maupun setiap manajer, dalam segala macam bidang usaha. Sejak beberapa tahun yang lampau, pengertian strategi makin banyak mendapatkan perhatian dan dibahas dalam literatur dalam menajemen. Aneka macam artikel bermunculan sehubungan dengan misalnya: strategi asortimen, produk-strategi, permasalahan strategi, sampai dengan diversifikasi-strategi bisnis. Di dalam mendirikan terapi komplementer sendiri, kita juga bisa berlandas pada elemen esensial sebagai berikut:
1.      Tentukan terlebih dahulu tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang paling penting yang perlu dicapai.
2.   Kebijakan yang paling penting yang mengarahkan atau membatasi kegiatan.
3.   Tahapan-tahapan tindakan pokok atau program yang akan mencapai tujuan yang ditetapkan di dalam batas-batas yang digariskan.

Terapi komplamenter dalam keperawatan
Perawat secara holistik harus bisa mengintegrasikan prinsip mind-body-spirit dan modalitas (cara menyatakan sikap terhadap suatu situasi) dalam dalam kehidupan sehari-hari dan praktek keperawatannya. Terapi komplementer menjadi salah satu cara bagi perawat untuk menciptakan lingkungan yang terapeutik dengan menggunakan diri sendiri sebagai alat atau media penyembuh dalam rangka menolong orang lain dari masalah kesehatan. Terapi komplementer digunakan bersama-sama dengan terapi medis conventional.
 “Sebenarnya terapi komplementer telah banyak ada di Indonesia, hanya saja peran perawat belum begitu terlihat disini. Kita berharap setelah kegiatan seminar ini, akan ada semacam unit khusus yang mengkaji tentang terapi komplementer untuk terus berkembang,” ujar Dekan Fakultas Keperawatan (Fkep) Unpad, Mamat Lukman, SKM., S.Kp., M.Si saat membuka acara seminar bertema “Complementary Therapy dalam Praktik Keperawatan” di Auditorium Teaching Hospital Unpad, Jl. Prof. Eyckman No. 38, Sabtu (3/07).Hartiah mengatakan, perawat adalah salah satu pelaku dari terapi komplementer selain dokter dan praktisi terapi. Perawat dapat melakukan intervensi mandiri kepada pasien dalam fungsinya secara holistik dengan memberikan advocate dalam hal keamanan, kenyamanan dan secara ekonomi kepada pasien. “Dengan menguasai terapi komplementer, akan menjadi nilai tambah bagi seorang perawat sehingga bisa memajukan profesinya,” tambah Hartiah menjelaskan.
Terapi komplementer di klasifikasikan menjadi beberapa macam antara lain, Mind-BodyTherapy, terapi dengan basis biologis, terapi dengan dasar memanipulasi tubuh (badan), terapi berbasis energi, terapi spiritual dan terapi berbasis nutrisi. Hypnotherapy dan akupuntur menjadi jenis yang bisa digunakan kepada pasien oleh perawat dalam usaha melakukan intervensi mandiri.
Hyonotherapy bisa digunakan untuk mengarahkan pasien dengan memanfaatkan keadaan hipnotik untuk mengenal dan menyentuh potensi dan sumber dari pikiran bawah sadar sehingga terjadi perubahan teurapeutik. Dalam kondisi tersebut kita bisa memberi sugesti kepada pasien. Dan itu memudahkan pekerjaan kita nantinya,” jelas Aat. Berbeda dengan Hyonotherapy, Dr. Tomi menjelaskan bahwa akupuntur merupakan keterapian fisik melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan cara perangsangan daerah permukaan tubuh tertentu (titik akupuntur). Pada masa perawatan, akupuntur dapat membantu dalam menanggulangi dan mengatasi rasa nyeri.“ Media yang digunakan pada akupuntur biasanya adalah jarum atau sarana pengganti lainnya,” tuturnya.
Dari aspek hukumnya, Dr. Tri menyebutkan beberapa dasar hukum untuk terapi komplementer alternatif. Diantaranya adalah Permenkes RI no.1109/Menkes/PER/IX/2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan.
erika terapi komplementer kedokteran dibagi empat jenis terapi : Chiropractic , teknik relaksasi, terapi masase dan akupunktur, lainnya terapi komplementer yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan. Banyak terapi modalitas yang digunakan pada terapi komplementer mirip dengan tindakan keperawatan seperti teknik sentuhan, masase dan manajemen stress.
Berikut macam – macam dari terapi komplementer dan kedokteran alternatif : masase, diet , terapi musik, vitamins, produk herbal, teknik relaksasi, imagenary, humor, terapi sentuhan. Akupuntur, acupressure, chiropractice, dukungan kelompok, hipnotis, meditasi, aromatherapy, yoga , biofeedback.

Dari hasil penelitian pendapat mahasiswa perawat tentang terapi komplementer yang direkomendasikan untuk perawat adalah : masase, terapi musik, diet, teknik relaksasi, vitamin dan produk herbal. Bagi perawat yang tertarik mendalami terapi komplementer dapat memulai dengan tindakan – tindakan keperawatan atau terapi modalitas yang berada pada bidang keperawatan yang dikuasai secara mahir berdasarkan perkembangan teknologi terbaru dan jangan lupa untuk membaca peraturan – peraturan tentang terapi komplementer yang berlaku, seperti permenkes 1109/Menkes/Per/IX/2007, karena lain negara lain peraturan dan masalah terapi komplementer ini menjadi inspirasi bagi perumus RUU Praktik Keperawatan (keep the spirit)
Hypnotherapy merupakan salah satu bentuk dari penerapan terapi komplementer (Foto: Malikkul Shaleh)
Berbeda dengan Hyonotherapy, Dr. Tomi menjelaskan bahwa akupuntur merupakan keterapian fisik melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan cara perangsangan daerah permukaan tubuh tertentu (titik akupuntur). Pada masa perawatan, akupuntur dapat membantu dalam menanggulangi dan mengatasi rasa nyeri.“ Media yang digunakan pada akupuntur biasanya adalah jarum atau sarana pengganti lainnya,” tuturnya.
Dari aspek hukumnya, Dr. Tri menyebutkan beberapa dasar hukum untuk terapi komplementer alternatif. Diantaranya adalah Permenkes RI no.1109/Menkes/PER/IX/2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan.

catatan : ini dimbil dari beberapa artikel maupun blog yang tersedia di google .. trimakasih atas ilmunya :)

0 komentar:

 
Copyright (c) 2010 Eni Eviani Tube S.Kep. Design by WPThemes Expert

Themes By Buy My Themes and Direct Line Insurance.